Jumat, 22 Januari 2016

Laporan Navigasi FPIK-UMK

I.              PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Ilmu pelayaran adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan cara untuk melayarkan sebuah kapal dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan aman dan ekonomis. Disebabkan pengaruh laut, misalnya ombak, arus dan angin maka jarak yang terpendek belum tentu dapat ditempuh dalam waktu yang tersingkat. Dapat saja terjadi bahwa jarak yang baik panjang ditempuh dalam waktu yang lebih singkat andaikan pelayaran tadi selalu mendapat arus dari belakang.
Bernavigasi merupakan bagian dari kegiatan melayarkan kapal dari suatu tempat ketempat lain. Pengetahuan tentang alat-alat navigasi sangat penting untuk membantu seorang pelaut dalam melayarkan kapalnya. Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi peralatan navigasi sangat membantu akurasi penentuan posisi kapal di permukaan bumi, sehingga dapat menjamin terciptanya aspek-aspek ekonomis.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar dapat mencapai tujuan dengan selamat diantaranya adalah, seperti : manusia, alat yang digunakan untuk bernavigasi dan kapal itu sendiri serta memperhatikan keadaan alam yang mempengaruhinya. Sedangkan untuk mencapai efisiensi yang tinggi, seorang navigator harus memperhatikan semua sarana yang ada dan mampu menggunakannya secara maksimal  sesuai dengan keadaan yang ada serta harus memperhatikan jarak tempuh yang sependek mungkin dengan memperhatikan keselamatan kapal.
Dalam menentukan rute yang akan ditempuh kapal haruslah diperhatikan faktor-faktor cuaca, keadaan laut, sifat-sifat kapalnya sendiri, dan sebagainya diperoleh suatu rencana pelayaran yang paling ekonomis dan cukup aman. Untuk menguasai ilmu pelayaran dengan baik, tidaklah cukup dengan hanya mempelajari teori di kuliah, melainkan harus disertai dengan penghayatan ilmu tersebut selama bertahun-tahun di kapal dan disertai dengan perasaan atau “feeling” yang halus.
B.                 Rumusan Masalah
1.              Bagaimana cara mengetahui sistem navigasi yang digunakan dalam pelayaran dan pemanfaatan perikanan,
2.                  Bagaimana cara mengetahui posisi kapal dalam suatu pelayaran pada waktu tertentu,
3.                  Bagaimana cara mengetahui peta secara umum dan membaca peta pelayaran kapal,
4.                  Bagaimana cara mengetahui teknik membaring dan teknik haluan pelayaran sehingga menjadi navigator yang baik dalam pelayaran.
C.                Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum navigasi adalah sebagai berikut:
1.                  Mengetahui sistem navigasi yang digunakan dalam pelayaran kapal dan pemanfaatan perikanan,
2.                  Mengetahui alat-alat navigasi kapal dan cara pengoperasiannya dalam pelayaran kapal,
3.                  Untuk mengetahui cara membaca peta pelayaran dan peta secara umum,
4.                  Mahasiswa dapat menentukan langkah-langkah dalam menyusun teknik membaring.

D.                Manfaat
Praktikum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, yaitu:
1.                  Mahasiswa dapat mengetahui sistem navigasi laut yang digunakan dalam pelayaran kapal dan pemanfaatan perikanan,
2.                  Mahasiswa dapat mengetahui macam navigasi kapal dan cara pengoperasiannya,
3.                  Mahasiswa dapat mengetahui cara membaca peta dan peta secara umum,
4.                  Mahasiswa dapat menentukan langkah-langkah dalam menyusun teknik membaring dan teknik haluan, sehingga menjadi navigator yang baik dalam memandu pelayaran yang baik, selamat, dan efisien sampai tempat tujuan.
II.           TINJAUAN PUSTAKA
A.                Definisi Navigasi
Menurut Supriyono (2000), Navigasi berasal dari bahasa latin Navis yang berarti kapal atau kendaraan atau vehicle dan agere yang berarti mengarahkan atau menjalankan atau membawa. Kenavigasian adalah kegiatan yang meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, hidrografi, alur dan perlintasan, penanganan kerangka kapal, salvage, dan pekerjaan bawah air, untuk kepentingan keselamatan pelayaran.
Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung angkutan laut yang merupakan penunjang dan pendorong pertumbuhan ekonomi Nasional. Untuk itu kegiatan kenavigasian diupayakan agar mampu mencakup seluruh perairan Indonesia yang dinilai riskan terhadap keselamatan berlayar sesuai kondisi dan situasi pada masing-masing perairan, serta untuk memenuhi persyaratan Internasional (Djunarsjah, 2005).
Sarana bantu navigasi pelayaran adalah sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan/atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan berlayar. Telekomunikasi pelayaran adalah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara, dan informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran. Buku petunjuk pelayaran adalah buku kepanduan bahari yang berisi petunjuk atau keterangan-keterangan yang dipergunakan bagi para pelaut agar navigasi dapat dilakukan dengan selamat (Djunarsjah, 2005).
Menurut Supriyono (2000), ditinjau dari cara dan alat yang digunakan, navigasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1.                  Navigasi Konvensional, yaitu bernavigasi dengan menggunakan alat-alat yang konvensional seperti: pedoman, alat / pesawat baring, topdal, perum, sextant dan kronometer. Konvensional menurut SOLAS 1974, diartikan sebagai alat yang tidak menggunakan kelistrikan kapal, sehingga apabila listrik kapal padam, alat tersebut masih dapat digunakan secara normal.
2.                  Navigasi Elektronika (Modern), yaitu bernavigasi dengan menggunakan peralatan-peralatan elektronik seperti: LORAN, DECCA, RADAR, Radio Penentu Arah (Radio Direction Finder / RDF), GPS (Global Positioning System).
B.                Macam-Macam Navigasi
a.                  Navigasi Darat
Navigasi darat adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu objek dan arah perjalanan baik pada medan sebenarnya maupun pada peta. Navigasi darat di fokuskan pada kemampuan membaca dan memahami peta serta kompas. Peta dan kompas adalah alat vital bagi navigasi darat. Navigasi Terestrial (Terrestrial Navigation), yaitu bernavigasi dengan menggunakan bantuan alat konvensional dan dengan benda-benda daratan seperti gunung, pulau, tanjung, suar, bangunan yang mencolok terlihat dari laut, dsb. Sebagai benda bantunya, dengan menentukan arah dan jarak serta hitungan-hitungan secara goneometrik untuk menentukan posisi kapal (Azha, 2006).
Menggunakan alat navigasi untuk menentukan posisi serta menganalisa dan memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui merupakan salah satu dari keahlian dasar. Hal tersebut merupakan bakal awal dalam merencanakan dan melakukan kegiatan di alam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat. (Azha, 2006).
Sesuai dengan LOP (Line of Posistion : Garis Tempat Kedudukan) yang diperoleh, sistem penentuan posisi secara radio dibagi menjadi (3) jenis yaitu:
a.                   Sistem hyperbola dimana garis-garis posisi berbentuk lengkungan atau lengkung hiperbola.
b.                  Sistem radial dimana garis-garis posisi berbentuk radial (asumuthal) misalnya: directional dan non directional atau OMNI directional radio becons, serta penetapan baringan suatu target oleh radar.
c.                   Sistem range measurement dimana garis-garis posisi berbentuk lingkaran kecil di peta misalnya pengukuran jarak pada Radar atau GPS (Global Positioning System)
c.         Navigasi Laut
Navigasi laut adalah ilmu yang mempelajari tentang  cara atau bagaimana menganalisa, menentukan juga mempetakan suatu daerah di wilayah perairan. Navigasi laut menggunakan alat seperti gps, peta laut, radar, echo sounder, electronic chart, serta kompas. Dimana alat bantu tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda.  Untuk dapat mencapai tujuan selamat, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti : manusianya, alat yang digunakan untuk bernavigasi, dan kapalnya itu sendiri, serta dengan memperhatikan keadaan alam yang mempengaruhinya. Untuk mencapai efficiency yang tinggi, seorang navigator harus memperhatikan semua sarana yang ada dan mampu menggunakannya secara maksimal  sesuai dengan keadaan yang ada serta harus memperhatikan jarak yang ditempuh yang sependek mungkin, denagan memperhatikan keselamatan kapal. (Arso, 1992)
          Lalu lintas pelayaran dewasa ini dipenuhi oleh kapal-kapal tradisional dan modern yang dilengkapi dengan bermacam-macam sistem navigasi antara lain navigasi elektronik. Sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi bidang pelayaran dari tahun ke tahun sistem navigasi elektronik harus dikembangkan dan instrument model terbaru diperkenalkan agar sepenuhnya dapat menunjang keselamatan pelayaran. Pada gilirannya tuntutan kualitas profesional terhadap kemampuan para perwira navigator juga semakin tinggi. Peranan sistem navigasi elektronik dalam penentuan posisi sangat potensial dan merupakan bagian dari kegiatan tugas jaga seorang perwira di anjungan. Pengunaan alat-alat seperti gps, peta laut, radar, echo sounder, electronic chart, serta kompas sangat penting dalam dunia pelayaran. Dalam dunia penangkapan ikan, alat tersebut sangat besar perannya disamping menggunakan alat bantu pencari(Arso, 1992).

d.                  Navigasi Elektronik (Electronic Navigation)
Menurut Yoyok (2002), Ilmu pelayaran yang menggunakan alat-alat elektronika sebagi pedoman pelaksanaan. Dimanan penentuan posisi kapal pada peta laut ditentukan berdasarkan penilikan-penilikan dengan menggunakan alat-alat elektronika, misalnya: Radar, Omega, Decca, Consul, radio dan satelit.

C.                Peralatan Navigasi
1.                  Echo Sounder
a.                  Deskripsi alat
Echo Sounder adalah system sonar yang arah pemancaran gelombang suaranya secara vertical. Echo sounder merupakan salah satu alat bantu panangkap ikan yang digunakan oleh nelayan modern. Alat ini mudah digunakan karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam pengoperasiannya. Nelayan hanya melihat pada monitor dan langsung dapat mengetahui keberadaan ikan di suatu perairan (Burczynski and Benyami, 1985), apabila menggunakan alat ini maka nelayan akan mendapatkan data tentang posisi ikan dan pada kedalaman berapa ikan-ikan tersebut berada, sehingga akan memudahkan proses penangkapan.

b.                 Bagian-bagian Echo Sounder
·                    Time Base
Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter melalui transducer. Suatu perintah dari time base akan memberikan saat kapan pembentuk pulsa bekerja pada unit transmitter dan receiver.
·                    Transmiter
Transmiter adalah komponen pembangkit pulsa listrik pada frekuensi tertentu. Pulsa gerbang di buat di dalam komponen pembentuk pulsa dimana panjang dan lama pulsa ditentukan. Pulsa yang dibangkitkan oleh isolator kemudian dikuatkan dalam power amplifier sebelum disalurkan ke transducer.
·                    Transducer
Transducer adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara kemudian suara tersebut dipancarkan ke dalam laut, juga sebaliknya merubah energi suara menjadi energi listrik, pada saat pantulan berupa gema (echo) diterima. Fungsi lainnya yaitu ntuk menghimpun energi suara yang dipncarkan ke dalam beam (sudut sorotan). Dalam perikanan digunakan transducer nickel dan transducer keramik.
Pulsa ditransmisikan secara bersamaan oleh keempat kuadran tetapi sinyal diterima oleh masing-masing kuadran dan diproses secara terpisah. Keempat kuadran diberi label a – d. Sudut θ pada satu bidang dibedakan oleh perbedaan fase (a – b) dan (c – d), jumlah sinyal (a + c) dibandingkan dengan jumlah sinyal (b + d). Sudut φ di dalam bidang tegak lurus terhadap yang pertama adalah sama dibedakan oleh perbedaan fase antara (a + b) dan (c + d). Kedua sudut tersebut mendefinisikan arah target yang spesifik (MacLennan dan Simmonds, 2005).
Kesulitan yang dihadapi untuk mengeliminir faktor beam pattern dapat diatasi dengan menggunakan split beam method. Metode ini menggunakan receiving transducer yang dibagi menjadi 4 kuadran. Pemancaran gelombang suara dilakukan dengan full beam yang merupakan penggabungan dari keempat kuadran dalam pemancaran secara simultan. Selanjutnya, sinyal yang memancar kembali dari target diterima oleh masing-masing kuadran secara terpisah, output dari masing-masing kuadran kemudian digabungkan lagi untuk membentuk suatu full beam dengan 2 set split beam. Target tunggal diisolasi dengan menggunakan output dari full beam sedangkan posisi sudut target dihitung dari kedua set split beam.
Transducer dengan sistem akustik split beam ini pada prinsipnya terdiri dari empat kuadran yaitu Fore, Aft, Port dan Starboard transducer. Transducer split beam memiliki beam yang sangat tajam (100) dan mempunyai kemampuan menentukan posisi target dalam bentuk beam suara dengan baik yaitu dengan mengukur beda fase dari sinyal echo yang diterima oleh kedua belah transducer (Simrad, 1993).
·                    Receiver
Receiver adalah alat untuk menguatkan sinyal listrik yang lemah dari transducer saat gema (echo) terjadi sebelum dialirkan ke recorder. Penguatan ini dilakukan pada receiver dan jumlah penguatan dapat dibedakan oleh sensivitas (kepekaan) atau volume control.
·                     Recorder
Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara pemancaran pulsa suara dan penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal kepada transmitter untuk menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder juga mengirimkan sinyal ke receiver untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO, 1983).
c.                  Cara Penggunaan Echo Sounder
Transmiter memproduksi pulsa-pulsa listrik kemudian disalurkan ke transduser, transduser mengubah pulsa listrik menjadi pulsa suara. Pulsa-pulsa tersebut dipancarkan transducer kapal secara vertical ke dasar laut, selanjutnya permukaan laut akan memantulkan kembali pulsa-pulsa itu. Pulsa-pulsa yang dipantulkan transducer diterima oleh receiver. Receiver menguatkan sinyal listrik yang masih lemah dari transducer kemudian dipancarkan ke recorder. Oleh recorder pulsa-pulsa tersebut dicatat ke dalam kertas serta ditampilkan pada layar display CRT (Cathoda Ray Tube) berupa sinar osilasi ataupun berupa tampilan sorotan lampu neon.

2.                  GPS (Global Positioning System)
a.                  Definisi GPS (Global Positioning System)
GPS adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima diseluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian yang sangat tinggi sekali (Dirjen Perikanan, 1999).
Nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (Navigational Satellite Timing and Ranging Global Positioning System;ada juga yang mengartikan "Navigation System Using Timing and Ranging). Dari perbedaan singkatan itu, orang lebih mengenal cukup dengan nama GPS (Dirjen Perikanan, 1999).

b.                 Bagian-bagian GPS (Global Positioning System)
Pada umumnya menurut Dirjen Perikanan (1999), pesawat GPS terdiri dari dua bagian atau unit :
1.                  Unit antena
Bentuknya beragam, ada yang berbentuk tabung, bentuk setengah bulat, piringan tebal, bahkan ada berbentuk bola besar.
2.                  Unit display
Biasanya bentuk display berupa layar monitor ( LED ) kecil berikut papan tombol ( keyboard ) nya menjadi satu.
Untuk pengoperasian yaitu pada saat tombol “ power “ ditekan “ on “, unit display tidak langsung mengeluarkan tampilan posisi, namun harus menunggu kurang lebih dua menit untuk proses pencarian “ almanak “ ( data yang berisi informasi orbit )yang dipancarkan oleh satelit-satelit GPS.
Karena setiap satelit selalu memancarkan data orbit dirinya sendiri serta perkiraan data orbit hampir semua satelit GPS yang ada. Kemudian barulah penerimaan awal almanac sekitar beberapa puluh detik. Proses tersebut secara kseluruhan memakan waktu 2 - 3 menit (Dirjen Perikanan, 1999).
Setelah itu unit Display akan menampilkan beberapa informasi pada layar LCD yang antara lain menurut Dirjen Perikanan (1999), yaitu mengenai :
a.                  Waktu ( time )
Menerangkan waktu kini berdasarkan waktu internasional ( UTC ), untuk waktu lokal disesuaikan melalui cara yang biasanya diuraikan melalui fungsi tombol menu.
b.                  Posisi koordinat garis lintang dan garis bujur ( latitude and longitude )
Menerangkan posisi kini koordinat dimana alat GPS berada, contoh : 340 44’ 321 N ( posisi kapal berada pada koordinat atau perpotongan antara Garis Lintang Utara 340 44, 321 dan 350 211 567 E Garis Bujur Timur 350 21’ 567 detik ).
c.                   Haluan ( course )
Menerangkan haluan kapal saat ini, contoh : C = 1230
d.                  Kecepatan ( speed )
Menerangkan kecepatan kapal saat ini, tertulis dalam satuan knot  ( KT ). Informasi tersebut diatas tampil pada layar Display sebagai tampilan standart atau sama dengan tampilan pada tombol “ pos “.

c.                  Kegunaan GPS (Global Positioning System)
1.                  Militer
GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menetukan pergerakan pasukan (Dirjen Perikanan, 1999).
2.                  Navigasi
GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu navigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Dirjen Perikanan, 1999).
3.                  Sistem Informasi Geografis
Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran (Dirjen Perikanan, 1999)
4.                  Pelacak kendaraan
Kegunaan lain GPS adalah sebagai Pelacak kendaraan, dengan bantuan GPS pemilik kendaraan atau pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja kendaraannya atau aset bergeraknya berada saat ini (Dirjen Perikanan, 1999).
5.                  Pemantau gempa
Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik (Dirjen Perikanan, 1999).
3.                  Radar (Radio Detection and Ranging)
Radar (Radio Detection and Ranging). Radar yaitu salah satu alat bantu navigasi yang sangat berpotensial diatas kapal, baik dalam penentuan posisi maupun pendeteksi resiko tubrukan. Pengertian radar lainnya adalah sebagai sistem penentuan tempat dengan gelombang-gelombang radio, yang dilakukan oleh pemancaran dan penerimaan di suatu tempat, dengan menggunakan sifat refleksi/pemantulan atau sifat pemancaran ulangan dari obyek atau target yang akan ditentukan tempatnya (Sonnenberg G. J, 1987).
Menurut Sonnenberg G. J. (1987), radar dapat dibedakan antara lain :
·                    Radar primer adalah radar dimana sasaran dipancarari satu berkas gelombang radio, dipantulakan kembali, diterima kapal dan ditampakkan.
·                    Radar sekunder, sasaran mula-mula menerima pancaran dari radar set kapal. Kemudian memancarkan sendiri satu berkas gelombnag radio, diterima kapal, kemudian dibuat tampak.
Menurut Sonnenberg G. J. (1987), radar sama seperti dengan mercusuar (Searchlight). Keuntungan radar dibandingkan dengan mercusuar (Searchlight), yaitu :
·                    Radius bekerjanya radar besar (micro detik 200 km).
·                    Radar bekerja pada segala cuaca (asap, kabut, hujan, salju).
·                    Radar menetukan jarak secara sederhana.

1.                  Komponen-Komponen Pesawat Radar
a.                  Instalasi Radar
Menurut Sonnenberg G. J. (1987), radar merupakan instrumen navigasi elektronik yang berfungsi sebagai transmiter dan sekaligus receiver. Hubungan antara komponen instalasi radar adalah sebagai berikut :
b.                  Transmitter (pemancar)
Transmitter (pemancar) adalah sebuah oscilator yang menghasilkan gelombang elektromagnet dengan SHF (Super Hight Frequncy). Pancaran pulsa keluar melalui tranceiver dan switch untuk diterusakan oleh scanner radar kesegala arah secara horizontal.
c.                  Modulator
Komponen yang berfungsi mengatur pengiriman pulsa dari transmiter sebanyak 500 hingga 3000 pulsa setiap detik. Modulator juga mengatur beberapa fungsi dari  receiver dan indicator.
d.                 Antena
Antena radar (scanner) memancarkan pulsa keluar dan menerima kembali signal yang dipantulkan oleh target.
e.                  Receiver
Sebuah jaringan elektronik untuk memperkuat signal yang diterima dalam keadaan lemah, dimodulasi kembali dan dimunculkan dalam gambar berupa gema.
f.                   Indicator
Melalui sebuah CRT, gema yang diterima diproses dan disajikan dalam bentuk gambar dilayar radar.


2.                  Tombol dan switch radar.
Pengukuran dan baringan meliputi :
a.                   Pengukuran jarak target
Untuk mengukur jarak target dapat digunakan dua jenis tombol yaitu fixed rang dan variable range.
b.                  Pembacaan baringan target
Baringan suatu target dilayar radar dibaca pada skala azimuth dengan memperhatikan tombol pengaturan compass rings.

3.                  Prinsip Kerja Radar
Menurut Sonnenberg G. J. (1987), prinsip kerja radar ada beberapa yaitu:
a.                   Pancaran pendek dari energi radio di pancarkan secara terarah dari antena yang berputar yang memantau daerah sekeliling kapal.
b.                  Setiap benda yang terkena pancaran ini akan memantulkan enegi kembali ke antena.
c.                   Energi pantulan yang kembali ke antena diperkuat oleh penerima dan memperjelas bayangan objek.
d.                  Pulsa yang dipancarkan dan dipantulkan menempuh garis lurus pada kecepatan yang sama, sebagai baringan dan jarak dari objek yang dapat ditentukan.

4.                  Kegunaan Radar
Menurut Sonnenberg G. J. (1987), ada beberapa kegunaan radar yaitu:
a.                  Menentukan sesuatu obyek (detection) misalnya kapal-kapal, pelampung-pelampung, pantai, dan lain-lain.
b.                  Menentukan arah dan jarak (ranging) dari pada target tersebut dengan    menggunakan gelombang-gelombang radio.
c.                  Mencegah pelanggaran (anti collision) terutama diwaktu kabut gelap atau pada waktu penglihatan kurang baik.

4.         Kompas Prisma
Kompas ini memiliki prisma pada bagian dekat pengait. Kompas ini terbuat dari bahan logam, dengan jarum kompas mengandung zat phosphoric yang akan memudahkan pembacaan sudut bila pada atempat gelap.
Kelebihan dari kompas prisma adalah :
a.                   Besar sudut bidikan bisa langsung di baca melalui prisma.
b.                  Dapat langsung diketahui azimuth dan back azimuthnya.
c.                    Mudah digunakan, mudah didatarkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan kompas yaitu setting semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik Triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPMnya (misal 0° 00' 00"). Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari Triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, misal 50'. Untuk kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dan' titik Tnangulasi juga harus sebesar 50'.
Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat sampai 360°). Bila kita menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400, maka di lapangan kita harus menghitung lagi (Sonnenberg G. J, 1987).

5.                  RDF (Radio Direction Finder)
a.                  Pengertian RDF
RDF (Radio Direction Finder) adalah pesawat radio pencari arah yang dioperasikan melalui penerimaan gelombang elektromagnetik oleh pemancar yang dipancarkan oleh stasiun pemancar.

b.                  Prinsip Kerja RDF
Antena pesawat Radio Direction Finder (RDF) akan menerima gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh stasion pemancar. Oleh karena antena itu merupakan suatu penghantar yang baik maka gelombang elektromagnetik dari pemancar yang diterima oleh antena akan membangkitkan arus gelombang yang getarannya sama dengan getaran gelombang elektromagnetik dari pemancar.
Bila bidang bingkai antena searah dengan arah datangnya isyarat dari pemancar maka tegangan yang dijangkitkan dalam antena akan maksimum dan bila bidang bingkai antena diputar 90o tidak searah lagi dengan arah datangnya isyarat maka tidak ada tegangan yang terjangkit dalam antenna dan isyarat tidak akan terdengar isyarat yang diterima oleh antenna diteruskan ke kotak penerima dan arah pemancar akan berada pada suara yang terkeras. Karena petunjuk arah dihubungkan dengan antena maka arah datangnya isyarat dapat dibaca pada indikatornya.
Pada sistem dua bingkai, bingkai yang satu mengarah ke haluan dan buritan sedangkan yang lain ke sisi iri dan kanan pada kapal. Ujung masing-masing bingkai dihubungkan pada dua buah kumparan yang terpisahkan dan berkedudukan tegak lurus satu sama lain di dalam pesawat penerima. Bila pemancar berada antara dua bingkai itu maka kedua bingkai itu akan menghasilkan tegangan yang menimbulkan medan magnit. Tiap medan magnit akan menggambarkan sebagai vektor, jumlah vektor itulah menunjukkan arah tempat di mana pemancar berada.

c.                   Pengoperasian RDF
Menghidupkan atau mematikan dan mengoperasikan atau menggunakan pesawat R.D.F pada prinsipnya sama dengan peralatan radio lainnya.
Cara menghidupkan :
·                     Hubungkan pesawat dengan jala-jala listrik agar pesawat mendapat tenaga dengan menempatkan switch pada kedudukan ON.
·                     Tunggu beberapa menit sampai pesawat mendapat panas yang cukup dan kemudian tempatkan power switch pada kedudukan yang dikehendaki menurut jumlah voltage yang masuk.
·                     Tombol-tombol diatur pada kedudukan yang diperlukan untuk mendapat arah stasiunnya.
Menggunakan pesawat R.D.F
Sebelum mengoperasikan/menggunakan pesawat R.D.F harus hafal nama-nama tombol serta kegunaannya. Hal ini adalah untuk memudahkan dalam mengoperasikannya.
·                     Letakkan power switch pada kedudukan 1,2,3 menurut jumlah voltage yang masuk.
·                     Letakkan sistem switch pada kedudukan receiver.
·                     Tempatkan band switch pada band yang dikehendaki kalau untuk radio beacon tempatkan pada band 1 dan kalau untuk broad cast tempatkan pada band 2.
·                     Letakan wave form switch menurut mode isyarat yang dikehendaki (lihat kegunaan masing-masing kedudukan).
·                     Carilah frekuensi gelombang radio yang akan dibaring dengan menggunakan tombol tuning.
·                     Tombol auto frekuensi gain dan receiver frekuensi diatur sampai mendapatkan volume suara yang baik.
·                     Apabila diagram angka delapan yang terlihat pada tabir terlampau pendek, maka tombil radius diatur pelan-pelan sampai panjang yang dikehendaki.
·                     Dalam mendapatkan diagram angka delapan diusahakan sampai dapat membentuk satu garis lurus dengan menggunakan tombol fine control.
Cara mematikan :
Untuk mematikan RDF setelah digunakan maka tombol-tombol seperti AF gain, RF gain radius ditempatkan pada kedudukan minimum
6.                  Peta Laut
a.                  Definisi Peta
Peta adalah proyeksi bumi atau sebagian dari muka bumi yang digambarkan di atas bidang datar. Pengertian map lebih menjurus pada keadaan umum, keadaan daratan dan batas-batasnya dilihat dari sudut politis, sedangkan suatu peta akan lebih mementingkan hal-hal serta keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh seorang navigator untuk dapat menentukan posisi, jarak, haluan serta halhal lain demi keselamatan atau keamanan navigasi. 
Peta-peta diterbitkan menurut sifat pemakaiannya, misalnya peta untuk penerbangan (aeronautical chart), peta laut (nautical chart), peta cuaca (weather chart), peta bintang (star chart) dan lain-lain. Untuk keperluan pelayaran di laut dipakailah peta laut.
Peta laut adalah peta yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk merencanakan suatu pelayaran baik di laut lepas pantai maupun diperairan umum. Peta laut merupakan salah satu alat bantu bernavigasi untuk keselamatan pelayaran. Teknologi navigasi termasuk membaca peta laut merupakan salah satu pengetahuan / kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh para calon jurumudi kapal penangkapan ikan.

b.                  Jenis-Jenis Peta
1.                  Skala ukuran kecil : meliputi daerah yang luas. 
2.                  Skala ukuran besar : meliputi daerah yang sempit.
Sedangkan menurut luas daerahnya peta laut dapat dibagai menjadi : 
1.                  Peta ichtisar adalah peta-peta yang menggambarkan daerah-daerah yang luas pada skala kecil, terutama untuk memberikan variasi arus, angin dan lain-lain 1 : 3.000.000
2.                  Peta haluan / peta perantau merupakan peta-peta dengan skala yang besar dipergunakan untuk pelayaran pada jarak jauh dari daratan 1 : 500.000 sampai dengan 1 : 1.000.000
3.                  Peta pantai adalah peta-peta dengan skala yang lebih besar, digunakan untuk navigasi sepanjang pantai 1 : 100.000 sampai dengan 1 : 500.000
4.                  Peta penjelas adalah peta-peta bagi navigasi di air pelayaran yang sulit 1 : 25.000 sampai dengan 1 : 100.000 
5.                  Peta rencana adalah peta-peta untuk menyinggahi bandar-bandar, pelabuhanpelabuhan 1 : 10.000 sampai dengan 1:25.000
Skala peta Skala peta adalah perbandingan dari satu satuan panjang di peta terhadap panjang sebenarnya. Untuk menyatakan skala ada beberapa cara yang dipakai dan yang paling sering dipakai adalah : 
1.                  Skala umum (natural scale) misalnya 1 : 80.000 artinya satu satuan panjang di peta , 80.000 di bumi. 
2.                  Skala angka (numerical scale), misalnya 1 cm di peta = 10 km pada keadaan yang sebenarnya. 
Skala grafik (graphical scale). Di peta sering terdapat sebuah garis yang mempunyai pembagian dalam ukuran mil, yard, kaki, kilometer, meter. Jarak-jarak di peta ini dapat diukur dengan memakai satuan-satuan pada garis tersebut.
c.                   Syarat-syarat umum peta laut
1.                  Bagian laut, harus berisi semua bahaya-bahaya yang ada, dan gambaran yang dapat dipercaya mengenai dalamnya air dan garis-garis dalam.
2.                  Arah-arah dan jarak-jarak harus dinyatakan sedemikian, sehingga navigasi dapat diselenggarakan dengan seksama. 
III.        METODE PRAKTIKUM
A.                Waktu dan Tempat
Praktikum Navigasi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2015, Pukul 10.00 WITA di Kapal KN. Mayang Jakarta Distrik Navigasi Kendari.

B.                Alat
Alat yang digunakan dalam Praktikum Navigasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.  Alat yang digunakan dalam Praktikum Navigasi
No.
Alat
Kegunaan
1.
Echo Sounder
Mengukur kedalaman air laut
2.
GPS
Menentukan posisi kapal
3.
Radar
Mengirim gelombang radio
4.
Kompas
Menentukan arah mata angin           
5.
RDF
Pesawat radio pencari arah yang dioperasikan melalui penerimaan gelombang elektromagnetik oleh pemancar yang dipancarkan oleh stasiun pemancar.
6.
Peta Laut
Menentukan gambaran perairan
8.
Alat Tulis
Pencatatan data hasil kunjungan
9.
Kamera
Mendokumentasikan kegiatan praktikum

C.                Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum navigasi adalah buku panduan praktikum navigasi dan referensi tentang navigasi dalam jurnal.

D.                Metode
Praktikum Navigasi ini dilakukan dengan metode melakukan wawancara  dengan petugas/ABK kapal  berupa  fungsi alat-alat dan cara pengoperasian alat-alat navigasi yang terdapat pada ruang pengoperasian alat navigasi di kapal KN. Mayang Jakarta Distrik Navigasi Kendari.
·                    Memperkenalkan dan menjelaskan peralatan navigasi kapal dan fungsi dari masing-masing peralatan tersebut dari pihak petugas/ABK kapal navigasi kepada praktikan.
·                    Praktikan mengadakan wawancara yang meliputi: apa nama alat, bagaimana fungsi masing-masing alat, bagaimana cara pengoperasian dan menggunakan peralatan kapal dengan baik dan benar kepada petugas/ABK kapal navigasi.
·                    Praktikan mencatat hasil wawancara dan melakukan pengambilan dokumentasi.
·                    Petugas/ABK melakukan simulasi dan cara menjalankan peralatan dan praktikan memperhatikan simulasi yang dilakukan petugas/ABK kapal navigasi.
IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Gambaran Umum Lokasi
B.                Hasil Pengamatan
C.                Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum lapang di kapal KN. Mayang Jakarta di dapatkan 6 alat navigasi kapal, antara lain sebagai berikut :
1.                  Echo Sounder
Pada kapal KN. Mayang Jakarta terdapat satu buah echosounder yang berfungsi untuk mendeteksi kedalaman laut serta melihat obyek bawah laut melalui gelombang yang di pancarkan setelah mengenai obyek maka gelombang yang di pancarkan kembali melalui tranduser sehingga obyek yang ada di bawah laut mampu di ketahui melalui recorder.
2.                  GPS ( Global Position System )
Pada kapal KN. Mayang Jakarta terdapat alat navigasi gps, yang berfungsi untuk menentukan posisi kapal dan dapat juga digunakan sebagai menentukan arah pelayaran,serta dapat menetukan waktu dan memberikan informasi melalui satelit.

3.                  Radar (Radio Detection and Ranging).
Radar yaitu salah satu alat bantu navigasi yang sangat berpotensial diatas kapal, baik dalam penentuan posisi maupun pendeteksi resiko tabrakan. Pada kapal KN. Mayang Jakarta terdapat radar yang bermerek garmin fungsi dari radar tersebut ialah menentukan obyek atau target yang akan ditentukan tempatnya melalui pemancaran atau pemantulan ulang pada gelombang yang di keluarkan.

4.                  Kompas
Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arahmata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.

5.                  RDF (Radio Direction Finder)
Rdf (Radio Direction Finder) adalah pesawat radio pencari arah yang dioperasikan melalui penerimaan gelombang elektromagnetik oleh pemancar yang dipancarkan oleh stasiun pemancar yang berfungsi memberikan informasi melalui antena diteruskan ke kotak penerima dan arah pemancar akan berada pada suara yang terkeras.

6.                  Peta
Pada praktik lapang di kapal navigasi di dapatkan peta yang berukuran 1 kali 1 meter pada kapal KN. Mayang Jakarta. Peta laut adalah peta yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk merencanakan suatu pelayaran baik di laut lepas pantai maupun diperairan umum. Peta laut merupakan salah satu alat bantu bernavigasi untuk keselamatan pelayaran. Teknologi navigasi termasuk membaca peta laut merupakan salah satu pengetahuan / kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh para calon jurumudi kapal penangkapan ikan.
V.           PENUTUP
A.                Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penulisan laporan praktikum ini yaitu, mengetahui jenis dan fungsi alat navigasi sangat penting, hal ini dikarenakan banyaknya bahaya navigasi yang dapat mengancam keselamatan pelayaran, dan untuk menghindarinya dibutuhkan pengetahuan tentang alat-alat navigasi untuk menentukan alat mana yang harus digunakan pada saat terjadi suatu bahaya navigasi dalam pelayaran kapal.
Beberapa fungsi alat navigasi pada laporan ini adalah sebagai berikut :
1.                  Echo sounder berfungsi untuk mendeteksi kedalaman laut serta melihat obyek bawah laut melalui gelombang yang di pancarkan setelah mengenai obyek maka gelombang yang di pancarkan kembali melalui tranduser sehingga obyek yang ada di bawah laut mampu di ketahui melalui recorder. Alat ini juga merupakan salah satu alat bantu panangkap ikan yang digunakan oleh nelayan modern.
2.                  GPS (Global Position System)  diperlukan untuk menentukan posisi kapal.
3.                  Radar digunakan untuk melihat keadaan di sekitar kapal pada jarak yang sudah ditentukan sebelumnya.
4.                  Kompas untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi.
5.                  RDF (Radio Direction Finder) untuk mencari arah gelombang radio dan dapat juga digunakan sebagai penanda pada kapal penangkap ikan.
6.                  Peta untuk merencanakan suatu pelayaran baik di laut lepas pantai maupun diperairan umum.

B.                 Saran
Laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dibutuhkan kritik dan saran sebagai masukan untuk penulis guna memperbaiki segala kekurangan yang ada pada penulisan ini.
 DAFTAR PUSTAKA
Akmal Ismail.1975. Gema dan Radar (Navigasi Elektonika). Akademi Usaha         Perikanan Jakarta.

Arso  Martopo. 1992. Ilmu Navigasi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Azha, Aksan. 2006. Dasar Navigasi Darat. Akademi Usaha Perikanan. Jakarta.

Buku Panduan. Praktikum Navigasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Muhammadiyah Kendari.

Burczynski, J and Ben Yami, M. 1985. Finding Fish with Ecosounder, FAO Training Series. Food and Agriculture Oganization of the United Nations. Via delle Ierme Caracalla. 00100 Roma. Italia.

Dirjen Perikanan. 1999. Petunjuk Teknis untuk Nelayan Tradisional jilid 2. BPPI. Semarang.

Eka Djunarsjah. 2005. Sejarah Navigasi. Media Pustaka. Jakarta.

M. Suwiyadi H. 2000. Ilmu Pelayaran. Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran. Semarang.

Sonnenberg, G. J. 1987Radar dan Elektronik Navigasi. Newnes – Butterworths. London.

Supriyono,  Hadi. 2000. Ilmu Navigasi untuk Perguruan Tinggi (Non Kepelautan). Universitas Diponegoro kerjasama dengan BPLP. Semarang.

Suwardiyono, 1975. Ilmu Navigasi untuk Universitas. Media Pustaka. Jakarta.

Yoyok, Suariyoto, 2002. Pengetahuan Dasar Echo Sounder dan Aplikasinya pada Kapal Ikan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI). Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar